Keluarga PERMATETA FTP UGM 2011

Tentara pangan Indonesia .

Keluarga Departemen Pengabdian Masyarakat PERMATETA UGM

Foto Bersama dengan Masyarakat Desa Percontohan untuk Belajar Pembuatan MOCAF.

Keripik Jamur Merapi "KRPPI"

Cocok buat Oleh-oleh dan Lauk atau dll, Pemesanan dan info Hub 085643972161.

Postingan Terbaru

Cara Mengatasi Hama Lalat pada Sapi.

Pertanian Indonesia Kini dan Nanti

Mewujudkan Kedaulatan Pangan Indonesia Berbasis Teknologi Pertanian.

Sabtu, 05 November 2011

Tanaman pendulang emas di masa depan

 NILAM
(Progestemon Cablin Benth)


PENDAHULUAN
Tanaman Nilam ( Progestemon Cablin Bent ) yaitu kelompok tanaman penghasil minyak atsiri, mempunyai prospek yang baik karena di samping harganya tinggi, juga sampai saat ini minyaknya belum dapat dibuat dalam bentuk sintesis.
Kebutuhan dunia akan minyak atsiri yang berasal dari tanaman nilam saat ini berkisar 600 – 800 ton/tahun.Sebagian besar kebutuhan ini disuplai dari Indonesia.
Minyak nilam oleh Negara konsumen digunakan sebagaii bahan pengikat dalam industri minyak wangi (parfum) atau dalam industri kosmetik lainnya.
JENIS-JENIS NILAM
Pogostemon Cablin Benth
Disebut nilam Aceh, jarang berbunga, kandungan minyak tinggi, bekadar 2,5 – 5 %.
Pogostemon Heynecnus Benth
Disebut nilam jawa atau nilam hutan, dapat berbunga, kandungan minyaknya 0,5 -1,5 %.

 Pogostemon Hortensis BACKER Bent
Jenis ini hanya tumbuh di daerah Banten, bentuknya mirip dengan Nilam Jawa, kandungan minyak rendah yaitu 0,5 – 1,5 %.



SYARAT TUMBUH
Tumbuh baik di dataran rendah dan berproduksi tinggi pada ketinggian 10 – 400 m dpl.
Menghendaki tanah yang subur, cukup humus, tanah yang mengandung bahan organic memberikan hasil yang paling baik.
Memerlukan penyinaran matahari yang cukup.
Curah hujan yang dikehedaki berkisar 2.500 – 3.500 mm/tahun, dengan suhu 24 -28º C

CARA BERCOCOK TANAM
Bibit
Stek cabang, pada stek ini harus ada 3 mata tunas atau 3 helai daun dan stek batang, harus ada 3-5 mata tunas.
Bahan stek terpilh terlebih dahulu disemai dalam bedengan dengan jarak 10 X 10 cm atau 5 X 5 cm dan ditanam miring 45º kedalam tanah yang telah disiapkan dengan perbandingan 1 : 2. Setelah 3-4 minggu stek mulai tumbuh, kemudian dipindahkan ke kebun yang telah disiapkan.
Bahan stek terpilih dapat juga langsung disemaikan di dalam Polybag yang telah diisi campuran tanah dan pupuk kandang.
Persiapan lahan
Persiapan lahan dilakukan dalam bentuk pengolahan tanah. Tanah harus bersih dari rumput, kemudian dicangkul/ dibajak dan dibuat parit-parit pembuangan dengan lebar 30 – 40 cm dan kedalaman 50 cm
Pada areal dengan kemiringan 20º-30º dilakukan menurut arah melintang lereng (countour), dibuat teras tangga.
Pada areal bergelombang dibuat teras berdasarkan lebarnya dan diberi pohon pelindung.
Jarak tanam
Dataran rendah dan subur jarak tanam 100 x 100 cm, kandungan litany tinggi jarak tanam 50 x 100 cm.
Pada tanah liparite jarak tanamnya 75 x 75 cm.
Pada tanah berbukit mengikuti countour 50 x 100 cm atau 30 x 100 cm
Penanaman
Dilakukan pada awal musim hujan. Sebelum bibit ditanam terlebih dahulu dibuat lubang tanam dengan tugal atau mencangkul lubang dengan kedalaman 10 cm dengan memperhatikan agar bibiot berdiri dengan sempurna.
Pemeliharaan
Penyulaman
Dilakukan pada tanaman yang mati atau tertekan pertumbuhannya. Penyulaman dilakukan satu bulan setelah tanam
Penyiangan
Setelah tanaman berumur 2 bulan, tanaman akan mencapai 20 -30 cm dan telah bercabang. Pada saat ini perlu dilakukan penyiangan. Penyiangan selanjutnya dilakukan secara periodik yaitu setelah 3 bulan sekali.
Pemangkasan
Setelah tanaman berumur 3 bulan, tanaman nilam tumbuh dengan sempurna telah membentuk perdu yang rimbun dan cabang - cabang telah mencapai panjang 30 cm yang menyebabkan setiap
cabang saling bertautan dan menutupi. Dalam keadaan demikian dilakukan pemangkasan dan penjarangan.
Pemangkasan dilakukan pada cabang dari tingkat 3 keatas.
Pemupukan
Pupuk organic (pupuk kandang, kompos ataiu pupuk hijau) yang cukup masak.
Pupuk an organik (urea, TSP, KCL) dengan dosis 150 Kgn urea, 50 kg TSP dan 80 kg KCL.
1 bulan setelah tanaman pupuk urea, TSP, KCL diberikan ¼ dosis sedangkan sisanya ¾ dosis dilakukan setelah panen I dan II (masing-masing setengah dosisi yang tersisa).
PANEN
Waktu Panen
Umur nilam yang tepat untuk dipanen 6 – 8 bulan setelah tanam. Panen dapat dilakukan berulang-ulang tergantung pada keadaan tanaman dan kesuburan tanah. Panen selanjutnya dapat dilakukan setelah 3 – 5 bulan setelah panen pertama. Setiap setelah panen tanaman harus dibumbun serta dilakukan pemupukan.
Cara Panen
Pada panen pertama bagian yang boleh dipangkas adlah cabang-cabang dari tingkat dua keatas, cabang tingkat pertama ditinggalkan.
Cabang tingkat pertama (cabang yang dekat dengan tanah) dibumbun/ditimbun dengan tanah pada setiap tunasnya. Hal ini dilakukan untuk memperbanyak anakan tanaman sehingga membentuk satu rumpun yang padat.
Tiga bulan kemudian ( umur tanaman sembilan bulan) akan didapat rumpun-rumpun baru dimana pada bekas pangkasan akan tumbuh cabang-cabang baru dan pada setiap pada mata tunas yang dibumbun akan tumbuh  anakan. Pada keadaan demikian dapat dilakukan pqanen kedua dengan memangkas cabang dan ranting dari tngkat kedua keatas. 3 bulan kemudian dapat dilakukan panen selanjutnya. 









sumber:http://www.lestarimandiri.org/id/budidaya-tanaman-organik/tanaman-perkebunan/93-tanaman-perkebunan/289-budidaya-nilam.html

BUDIDAYA TANAMAN CENGKEH



Cengkeh (Syzygium aromaticum L Merr & Perry), termasuk dalam famili Myrtaceae dan merupakan salah satu tanaman rempah asli Indonesia yang berasal dari Kepulauan Maluku, Kemasyhuran cengkeh dan berbagai jenis rempah Indonesia lainnya sudah dikenal dunia sejak berabad-abad yang silam. Saat ini permintaan akan produk cengkeh terus meningkat sebaliknya produksi dan mutu cengkeh yang dihasilkan justru cenderung terus menurun. Sebagai acuan untuk meningkatkan produktivitas dan mutu cengkeh tersebut, secara bersambung akan disajikan pedoman teknis budidaya cengkeh. Episode kedua ini menyajikan ”Persiapan Bahan Tanaman Cengkeh.


II. PERSIAPAN BAHAN TANAMAN
Untuk menghasilkan bibit cengkeh yang bermutu, bahan tanaman perlu dipersiapkan dengan baik sejak dini, mulai dari pemilihan pohon induk, benih, persemaian sampai pembibitan.

1. Tipe dan Persyaratan Pohon Induk
a. Tipe pohon induk
Tipe cengkeh yang banyak dibudidayakan di Indonesia antara lain Zanzibar, Sikotok dan Siputih. Namun, yang banyak disukai oleh masyarakat adalah jenis Zanzibar karena produktivitasnya lebih tinggi. Ciri-ciri ketiga tipe cengkeh tersebut sebagai berikut :

Zanzibar :
            
             Gambar  1.    Pohon induk tipe Zanzibar.

·         Produksi tinggi.
·         Bunga berwarna agak merah dengan jumlah pertandan  >15 bunga.
·         Daun pucuk berwarna merah muda, tangkai daun dan cabang berwarna hijau tua dengan permukaan yang mengkilat.
·         Tajuk rimbun, percabangan tidak membentuk sudut sehingga daun-daun banyak yang terletak dekat permukaan tanah.

Sikotok :

           Gambar  2.    Pohon induk tipe Sikotok
  
·         Produksi cukup tinggi.
·         Bunga berwarna kuning dengan jumlah pertandan >15 bunga.
·         Daun pucuk berwarna merah muda, tangkai daun dan cabang berwarna merah.
·         Daun tua berwarna hijau dengan permukaan mengkilat.
·         Tajuk Perawakan rimbun, percabangan membentuk sudut dan berdaun lebat.
·         Kebanyakan berbentuk piramid setelah dewasa.


Siputih :

                Gambar 3.    Pohon induk tipe Siputih.
 
·         Bunga berwarna kuning berukuran besar dengan jumlah pertandan <15 bunga.
·         Daun pucuk atau daun  muda berwarna kuning sampai hijau muda,  tangkai  dan tulang  daun muda berwarna kuning kehijauan, daun tua berwarna hijau.
·         Helaian daun besar dan tidak mengkilat.
·         Tajuk tidak rindang.

b. Persyaratan Pohon Induk

Pada umumnya cengkeh dikembangkan secara generatif melalui biji yang diperoleh dari pohon induk yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :
          Sehat.
          Berumur > 15 tahun.
          Bentuk mahkota bagus (penu-tupan tajuk >80%).
          Hasil rata-rata terus naik.
          Jauh dari tipe cengkeh lainnya.
          Tidak terlindungi.
          Percabangan cukup banyak.
          Batang utama tunggal.
          Bebas hama penyakit

 2. Persiapan Benih
Benih yang digunakan memiliki kriteria :
·         Benih masak fisologis (warna kuning muda sampai ungu kehitaman) atau telah berumur 9 bulan.
·         Berat 0.85 – 1.1 g.
·         Tidak cacat.
·         Tidak berlendir.
·         Harus tumbuh dalam waktu 3 minggu setelah semai.
·         Tidak benjol-benjol (yang menandakan benih terinfeksi   penyakit cacar daun cengkeh).

Sebelum disemai kulit buah dikupas untuk menghindari terjadinya fermentasi yang dapat merusak viabilitas (daya kecambah) benih. Pengupasan kulit buah dilakukan dengan  hati-hati agar kulit  benih tidak terluka.
                                                                                   
Pengupasan dilakukan  dengan tangan atau pisau yang tidak terlalu tajam. Setelah pengupasan, benih direndam dalam ember berisi air selama ± 24 jam, dan dilanjutkan dengan pencucian. Selama pencucian benih diaduk dan digosok dalam air, dengan mengganti air cucian 2-3 kali untuk menghilangkan lendir yang menempel pada kulit benih.

3. Persemaian

·         Persemaian dilakukan untuk menciptakan suatu kondisi yang paling baik agar benih dapat berkecambah dengan baik serta bersih dari hama dan penyakit. Persemaian memerlukan media tanam yang gembur untuk pertumbuhan benih selama 2 bulan. 
·         Disiapkan bedengan dengan ukuran lebar 1,2 m dan panjang disesuaikan dengan kebutuhan serta keadaan tempat, melintang utara – selatan. Jarak antar bedengan 30 – 50 cm. Setiap bedengan dibatasi oleh saluran pembuangan air (dalam 20 cm dan lebar 30 cm) untuk menghindari genangan dan memudahkan penanaman serta pemeliharaan.
·         Biji-biji ditanam dengan jarak 5 X 3 cm dengan ujung teratas benih tepat dipermukaan tanah, tidak boleh terbalik dan 2 atau 3 minggu kemudian biji akan mulai berkecambah.
·         Untuk mengurangi intensitas cahaya matahari dan siraman air hujan, bedengan diberi atap yang terbuat dari anyaman bambu, daun kelapa, jerami, alang-alang atau paranet yang dapat menahan intensitas matahari sebesar 75 %. Atap sebaiknya dibuat dengan ukuran yang lebih tinggi menghadap ke timur.
·         Tanah bedengan dicangkul dan digemburkan sedalam 20-30 cm, apabila kandungan liatnya terlalu tinggi dapat dilapisi pasir setebal 3-5 cm.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat menyemai benih dan pemindahan bibit cengkeh adalah :
·         Sebelum penanaman dibuat lubang kecil berdiameter ±  0.8-1.0 cm, dengan jarak semai 5 x 5 cm.
·         Benih disemai dengan posisi bagian yang agak meruncing  berada di atas kemudian ditutup tanah dengan ketebalan 1 cm. Posisi benih yang terbalik akan menyebabkan pertumbuhan kecambah terhambat dan akar menjadi bengkok.
·         Untuk menjaga kelembaban yang tinggi pesemaian disiram 2 kali sehari (tergantung kondisi cuaca). Penyiraman tidak boleh langsung agar tidak merubah posisi biji. Untuk menahan percikan air siraman pesemaian ditutup dengan karung goni.
·         Bila setelah 3 minggu benih masih tidak tumbuh, sebaiknya dibuang.

4. Penanaman Bibit

Pemindahan bibit dari persemaian ke pembibitan dapat dilakukan setelah bibit berumur 1-2 bulan atau telah  berdaun 4 - 7 helai.
Bibit yang dipilih mempunyai daun berwarna hijau sampai hijau tua mengkilap.
                       
Pada permukaan daun tidak terdapat bercak daun serangan Cylindrocladium dan Gloesporium. Selain itu juga tidak ada gejala serangan penyakit cacar daun yang disebabkan oleh cendawan Phyllostica sp. Pada waktu pemindahan bibit diusahakan akar tidak rusak/putus, dan tanah/pasir yang melekat di permukaan akar jangan sampai rontok.  Penanaman bibit di pembibitan  dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
a.     Langsung di bedengan
·         Cara penyiapan lahannya sama dengan persemaian namun  diberi pupuk kandang sebanyak ± 20 kg/m2.  
·         Bedengan diberi atap yang dapat menahan 50 % cahaya matahari yang masuk, dengan tinggi naungan          sebelah timur 2 m dan di barat  1.5 m. 
·         Jarak tanam 20 x 20 cm (apabila bibit akan dipindah ke kebun pada umur 1 tahun), dan 40 x 40 cm (apabila bibit akan dipindah ke kebun setelah berumur 2 tahun).
·         Bibit dipindahkan ke kebun dengan cara diputar.
·         Sebelum pemutaran, tanah pada bedengan disiram secukupnya.

b.   Menggunakan polybag
·         Disiapkan media tanam berupa campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1, ukuran polybag 15 x 20 cm (bibit sampai umur 1 tahun) atau 20 x 25 cm (bibit sampai umur 2 tahun), selanjutnya ditempatkan secara teratur di pembibitan dengan jarak 30 x 30 cm atau 30 x 40 cm.

·         Pembibitan diberi naungan berupa tanaman hidup atau naungan buatan seperti pada persemaian.
·         Setelah bibit berumur 1-2 tahun dapat dipindah ke kebun.

5.  Pemeliharaan bibit

Pemeliharaan yang perlu dilakukan di pembibitan antara lain :
·         Penyiraman, dilakukan seperlunya dan diiusahakan agar tidak  terlalu basah.
·         Menggemburkan tanah di sekitar batang tanaman. Penggemburan dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak perakaran.
·         Menjaga agar saluran pembuangan air disekitar pesemaian tetap baik (air tidak sampai menggenang).
·         Kerapatan naungan sebaiknya dikurangi secara bertahap menurut kebutuhan dan perkembangan umur bibit (50% pada umur 6 bulan dan 40% pada umur 10 bulan), untuk mencegah timbulnya penyakit (jelaga, bercak daun kuning kecoklatan, bercak daun merah coklat) dan memperkokoh pertumbuhan bibit. 
·         Gulma yang tumbuh di pembibitan disiang bersih.
·         Pemupukan diberikan setelah bibit berumur 3–4 bulan menggunakan pupuk NPK (15:15:15) dengan dosis 1 g/bibit dan  pemupukan berikutnya 4 bulan sekali dengan dosis 2 g/bibit. Dapat juga ditambah dengan menyemprotkan pupuk daun dengan dosis 6-8 g/liter air setiap 2 minggu sekali.
·         Pengendalian hama atau penyakit dilakukan apabila ada serangan.

6. Seleksi bibit
Untuk mendapatkan tanaman yang sehat bibit perlu diseleksi.  Beberapa kriteria yang digunakan untuk  seleksi bibit cengkeh adalah : 
·         Tinggi bibit minimal 60 cm (umur 1 tahun) dan 90 cm (umur 2 tahun).
·         Sehat (tidak terserang hama penyakit dan kekurangan hara).
·         Mempunyai akar tunggang yang lurus dan sehat dengan  panjang ± 45 cm serta akar cabang 30-35 buah.
·         Mempunyai batang tunggal.
·         Jumlah rata-rata percabangan 7 pasang, jumlah daun 63 pasang dan warna daun dewasa hijau tua

Persoalan Rontok Buah 

Jangan Biarkan Calon Buah pada tanaman Buah-buahan anda Rontok

Suatu hari Pak Nono, petani buah-buahan (mangga,) bangga menyaksikan tanaman mangga di pekarangannya yang mulai berbunga. Hal ini menandakan bahwa sebentar lagi pohonnya akan berbuah. Namun, setelah ditunggu pada waktunya ternyata pohon mangganya tidak juga berbuah. Kalaupun ada, buahnya itu masih kecil dan menjelang besar sudah berjatuhan ( rontok) sebelum masak. Ada apa dengan tanaman buah mangga ( atau tanaman buah lainya)??

Penyebab
Kerontokan buah yang terjadi selama ini tidak terlepas dari 2 faktor utama yaitu faktor pengaruh luar dan faktor pengaruh dalam. Pengaruh dalam meliputi keseimbangan hara dan hormon dalam tanaman, tingkat kesuburan tepungsari, kemampuan/kekompakan organ reproduksi serta kondisi lain yang mendukung proses perkembangan buah sejak pembuahan sampai perkembangan buah yang optimal untuk dipanen seperti ketersediaan air. Sedangkan faktor luar meliputi : kesuburan tanah, kondisi iklim ( tingginya curah hujan dan besarnya angin) serta serangan hama penyakit.
contoh : Secara alami, bunga mangga muncul kurang lebih satu bulan setelah hujan berakhir dan memerlukan waktu sekitar empat bulan untuk dapat dipanen buahnya.  Selama masa pembentukan dan perkembangan tersebut, intensitas kerontokan bisa mencapai 99%. Peristiwa ini sangat terkait dengan tekanan oleh berbagai faktor antara lain:
  1. Kurangnya unsur hara dan hormon tanaman (auksin dan gliberin) pada saat tanaman memasuki periode reproduksi, menyebabkan tingginya kerontokan buah yang diakibatkan oleh adanya persaingan dalam hara dan hormon tanaman tersebut.
  2. Gagalnya persarian dan pembuahan sehingga buah tidak menghasilkan biji yang merupakan pemasok gliberin  yang sangat berguna bagi perkembangan buah.  Dengan gagalnya pembentukan biji, maka menyebabkan buah rontok.
  3. Kurangnya ketersediaan air selama perkembangan buah, sehingga memacu terbentuknya lapisan absisi pada bagian pangkal tangkai buah. Dalam keadaan seperti ini, kondisi buah sangat lemah sehingga dengan sedikit tekanan saja , buah akan mudah rontok.
  4. Kondisi lahan yang kurang subur sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan hara tanaman selama periode perkembangan buah.
  5. Kondisi iklim yang kurang menguntungkan seperti terlalu tingginya curah hujan serta kencangnya angin.
  6. Adanya serangan hama dan penyakit terutama yang menyerang buah seperti lalat buah (Dacus sp) dan penggerek (Norda albizonalis) serta Antraknose dan Diplodia. Serangan hama dan penyakit ini juga dipengaruhi oleh kondisi iklim saat itu. 
 Upaya Pengendalian  yang Pernah Dilakukan
Meskipun kerontokan buah ini selalu dialami petani buah-buahan, namun bukan berarti mereka pasrah.  Berbagai upaya telah dilakuan baik oleh petani sendiri maupun oleh lembaga peneltiian sebagai langkah dalam mengatasi setidaknya menekan tingkat kerontokan buah agar tidak terlau banyak.
metodanya yaitu dengan cara penyiraman selama masa repoduksi dua kali seminggu dapat meningkatkan hasil 49%.  Sementara itu di pihak petani, pencegahan kerontokan buah dilakukan dengan pengasapan pada kebun menjelang musim mangga berbunga.  Secara teori, meng-asap (memberi asap) berarti mening-katkan kandungan gas ethylene yang memang dapat memacu pembungaan , sehingga bunga dapat muncul lebih awal pada kondisi yang lebih aman. Ditingkatkan unsur hara tanaman dengan memberi pupuk organik yang berkualitas ( Lihat cara pembuatan pupuk Organik) dan untuk penanggulangan hama penyakit lihat cara pembuatan pestisida organik yang ramah dan aman bagi lingkungan dan kesehatan.source:http://www.lestarimandiri.org/id/budidaya-tanaman-organik/tanaman-perkebunan/93-tanaman-perkebunan/319-persoalan-rontok-buah.html