Sabtu, 30 Juli 2011

Meraih Peluang, Menanam Cabai Di Musim Hujan Dengan Persiapan Ekstra



Bertanam cabai di musim hujan merupakan cara bertanam yang “melawan arus”. Namun, apabila teknik budi daya cabai di musim hujan ini berhasil maka keuntungannya tentu lumayan besar karena harga jual cabai biasanya melonjak tinggi pada musim hujan.
Meskipun dianggap tidak biasa bagi sebagian besar petani, memanen cabai di musim hujan memang merupakan dambaan setiap petani atau pengusaha pertanian karena harga jualnya sangat menggiurkan. Bobot buah cabai hasil panenan di musim hujan lebih tinggi daripada hasil panenan di musim kemarau. Namun, daya simpan cabai lebih bagus bila dipanen pada musim kemarau.
Bertanam cabai di musim hujan memerlukan persiapan ekstra. Banyak hal yang harus dipersiapkan jauh hari sebelum penanaman untuk menghadapi cuaca yang kurang bersahabat.
Usahakan panen pada saat permintaan pasar memuncak.
Agar keuntungan dapat diraih, saat tanam harus diatur sehingga puncak panen diharapkan pada saat banyak hajatan, misalnya perkawinan atau sunatan di musim hujan atau pada saat Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha.
Penentuan tanggal tanam bisa dihitung dengan mengurangi hari “H” puncak panen yang dimaksud dengan umur panen. Pada penanaman di dataran rendah (0-400 m dpl), seandainya Anda menanam cabai merah besar lokal maka perkiraan awal panen adalah HST. Namun, jika varietas cabai yang ditanam adalah cabai merah hibrida maka pemanenan bisa dimulai 75 HST. Untuk cabai keriting (lokal maupun hibrida) awal pemanenan dimulai sejak 95 HST. Dengan pedoman itu maka saat yang tepat untuk mengolah tanah sudah dapat diperkirakan.
Perhitungkan saat pengolahan lahan dengan puncak panen yang diharapkan.
Apabila areal penanaman berada di dataran menengah maka awal panen mundur 7-10 hari, sedangkan untuk dataran tinggi umur panen mundur selama 14-21 hari dibandingkan dataran rendah. Puncak panen diperkirakan 2-3 minggu setelah panen perdana. Jangan lupa, perkiraan yang disebutkan itu adalah sejak penanaman sehingga bila diperhitungkan sejak pengolahan tanah maka harus dihitung mundur lagi minimal 3 minggu sejak pembukaan lahan.
Sebagai contoh, seandainya Anda menginginkan pengolahan tanah dimulai pada tanggal 1 November maka kira-kira pada tang- gal 21 November lahan telah siap tertutup mulsa plastik-hitam perak (PHP). Tanggal 28 November telah siap ditanami. Seandainya Anda menanam cabai hot beauty pada ketinggian 0-400 m dpl maka panen perdana diperkirakan pada tanggal 12 Februari tahun berikutnya. Puncak panen terjadi pada tanggal 26 Februari-5 Maret.
Dengan cara menghitung mundur dari tanggal puncak panen yang diharapkan, Anda dapat memulai bertanam cabai di musim hujan. Misalnya Hari Raya Idul Fitri jatuh pada tanggal 15 Januari tahun 1999. Anda berencana menanam varietas cabai keriting lokal. Puncak panen Anda harus diperhitungkan 10 hari sebelum Idul Fitri atau tanggal 5 Januari 1999 karena seminggu sebelum Idul Fitri umumnya pasar sudah mulai sepi (pedagang mudik lebaran). Karena yang Anda tanam cabai keriting maka panen perdana berarti sekitar tanggal 15 Desember 1998. Penanaman dimulai tanggal 4 September 1998 sehingga pembukaan lahan dapat diperkirakan harus dimulai pertengahan Agustus 1998.
Persiapan untuk bertanam cabai di musim hujan harus lebih matang daripada persiapan yang dilakukan di musim kemarau. Tanah media semai, misalnya, sudah harus disiapkan beberapa hari sebelumnya karena tanah yang kering tidak mungkin didapatkan di musim hujan. Tanah kering dikumpulkan sebanyak-banyaknya kemudian diayak agar butiran tanahnya seragam. Tanah-tanah hasil ayakan ini digunakan sebagai media tanam dan untuk sementara disimpan dalam karung di tempat yang sejuk dan kering.
Persiapkan sarana penanaman sejak dini.
Turus dan gelagar penopang tanaman harus tersedia sebelum penanaman dilakukan. Pada musim hujan, pertumbuhan tanaman sangat cepat karena air yang diperlukan tersedia. Keterlambatan pemasangan turus akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman akibat akar rusak atau dahan-dahan patah akibat dipaksakan diikatkan pada turus. Seandainya turus terpasang sejak dini maka pertumbuhan akar dan dahan-dahan akan menyesuaikan dengan turus.
Sesuaikan jumlah tenaga kerja dengan prioritas kegiatan.
Jumlah tenaga kerja harus diperhatikan pula karena setiap hari akan turun hujan. Pada saat pemasangan mulsa PHP, misalnya, diperlukan tenaga kerja relatif banyak karena mulsa ini harus cepat terpasang sebelum hujan turun. Kalau pekerjaan tertunda hanya karena hujan maka akibatnya akan fatal, yaitu umur bibit semakin tua sehingga terlambat pindah tanam. Jumlah tenaga kerja yang banyak akan mempercepat proses pengerjaan kegiatan dalam bertanam cabai di musim hujan, tetapi di sisi lain merupakan pemborosan. Seandainya di tengah kerja hujan turun sangat lebat maka pekerjaan pasti terhenti. Akibatnya banyak biaya yang harus dikeluarkan untuk membayar tenaga kerja yang hanya bekerja 50% dari kapasitas bila dibandingkan penggunaan tenaga kerja di musim kemarau.
Sediakan Fungsida dan perekat yang sangat banyak.
Pada musim hujan, penyemprotan pestisida akan lebih mudah tercuci oleh hujan seandainya tidak ditambah dengan perekat-perata pestisida pada saat penyemprotan. Pada musim hujan, serangan jamur (cendawan) penyebab penyakit akan lebih parah bila dibandingkan dengan musim kemarau. Oleh karena itu, persediaan fungisida dan perekat harus lehih banyak dibandingkan pada muslin kemarau.
Kunci sukses bertanam cabai di musim hujan adalah ketekunan dan penguasaan teknik untuk mengantisipasi kegagalan akibat hujan yang turun terus-menerus. Hujan terus-menerus ini dapat menyebabkan kelembapan tinggi di sekitar pertanaman sehingga mengundang hama dan penyakit (terutama yang disebabkan oleh cendawan atau bakteri). Apabila Anda seorang pemula di bidang percabaian, jangan sekali-kali menanam cabai di musim hujan karena hanya akan menghambur-hamburkan biaya dengan hasil yang minimal. Banyak faktor yang harus dicermati dalam penanaman cabai di musim hujan

0 komentar: