Selasa, 10 Januari 2012

Teknologi untuk Mengurangi Dampak Hilangnya Gabah Pasca Panen

Kendala yang biasa dihadapi petani pasca panen adalah hilangnya atau susutnya hasil produksi pertanian 

Penyebab hilangnya hasil produksi pertanian pasca panen antara lain :
  1. Pada saat proses pengeringan, umumnya petani melakukannya di tempat yang lapang atau lapangan. Tempat tersebut dipilih kebayakan petani karena tempatnya luas dan tidak ada penghalang sinar matahari di sekitarnya. Akan tetapi, petani kurang memperhatikan masalah keamanan terhadap hewan hewan pemangsa hasil penen, seperti burung, ayam, kambing, tikus dan lain-lainnya. Untuk itu, diperlukan suatu teknologi yang tepat. Sekarang telah berkembang alat pengering dengan berbagai bentuk. Ada yang bersumber energi dengan listrik dan ada juga yang bersumber energi dengan bahan bakar sekam.
  2. Setelah proses pengeringan, hasil panen ada yang dijual dan ada yang disimpan. Untuk tempat penyimpanan, patani umum masih mengandalkan ruang kosong dirumahnya atau gudang. Hal tersebut menurut saya kurang tepat karena belum terjamin keamanan terhadap predator hasil panen yang kita simpan. Predator tersebut seperti tikus, rayap, kutu, dll. Diperlukan suatu ruangan khusus untuk penyimpanan hasil panen. Ruang penyimpanan yang baik antara lain memperhatikan kebersihan, suhu, kelembapan ruangan, ketinggian ruang dengan tanah, dan sebisanya hasil panen ditumpuk dengan rapi. 

Kali ini, saya akan menyampaikan alat pengering dengan bahan bakar sekam karena bentuk alatnya sederhana dan bahan bakarnya mudah ditemukan

Alat pengering padi model ABC
sumber : http://oemahmatematika.com/agritechno/alat-pengeringan-gabah-berbahan-bakar-sekam
salah satu proses yang dilakukan petani sebelum memasarkan atau menyimpan hasil pertanian  padi adalah pengeringan, Pengeringan merupakan salah satu tahap kegiatan dalam penanganan pascapanen padi yang sangat menentukan rendemen dan mutu beras.keterlambatan atau tidak sempurnanya proses pengeringan gabah hasil panen akan menyebabkan rendahnya mutu beras giling,yang ditunjukan oleh tingginya butir pecah,menir,butir kuning,butir merah,gabah berkecambah dan turunya rendemen giling.untuk gabah yang akan disimpan sementara pengeringan harus dilakukan sampai kadar air minimal 17% agar gabah aman tidak terjadi kerusakan mutu.sedangkan untuk tujuan digiling,pengeringan harus dilakukan sampai kadar air sekitar 13-14% agar memberikan mutu beras giling yang baik.
Untuk mencapai mutu beras yang baik, maka ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam proses pengeringan,yaitu (1)Gabah kering panen (GKP) yang akan dikeringka harus bermutu tinggi,(2) suhu pengeringan tidak boleh lebih dari 450C jika untuk dikonsumsi dan 400C jika untuk benih,(3) laju pengeringan ( penurunan kadar air) maksimum 2% perjam untuk dikonsumsi dan 1% perjam untuk benih.
Dari hasil samping proses penggilingan padi jumlah sekam diperoleh sekitar 30% dari berat gabah. Sekam ini dapat dimanfaatkan untuk mengeringkan gabah dengan cara pembakaran tidak langsung agar bahan yang dikeringkan tidak berbau dan bertujuan untuk menekan biaya dalam pengeringan. Pada umumnya petani kita mengeringkan gabah hasil panennya dengan cara menjemur langsung disinar matahari. Hal ini tidak jadi masalah khususnya untuk panen panen padi pada musim kemarau.
Cara pengeringan ini dikenal sebagai cara murah dan mudah. Namun waktu panen padi yang jatuh pada musim hujan, cara penjemuran seringkali dapat menimbulkan masalah. Penjemuran tidak dapat dilaksanakan sehingga beras yang dihasilkan mutu dan harga jualnya rendah. Kondisi yang tidak menguntungkan bagi petani.
Salah satu teknologi yang efektif untuk mengatasi permasalahan pengeringan hasil-hasil pertanian pada saat musim penghujan adalah mesin pengering berbahan bakar sekam (BBS) model ABC.BPTP kalimantan barat bekerjasama dengan BB sukamandi, dan pihak swasta (pemilik RMU di desa sungai itik, kecamatan sungai kakap, kabupaten kubu raya, kalimantan barat telah melakukan perakitan dan uji coba pengering gabah menggunakan box dryer BBS untuk menghasilkan beras bermutu. Uji coba pengeringan gabah dilakukan dengan menggunakan bahan gabah basah varietas ciherang. Uji coba pengeringan gabah dengan menggunakan metode “ pengeringan biji-bijian lapisan tipis”, parameter pengeringan yang diukur: suhu udara lingkungan (aambient) termasuk suhu bola kering (tbk) dan suhu bola basah (tbb), suhu plenum(tpl), suhu gabah perlapis, lapisan bawah (tb), lapisan tengah (tt), lapisan atas(ta),kadar air gabah perlapis, lapis bawah (mb), lapisan tengah(mt), lapisan atas(ma), kecepatan aliran udara pengering menembus tumpukan gabah (vu).
Sebelum proses pengeringan gabah dimulai terlebih dahulu dilakukan untuk kinerja setiap komponen peralatan box dryer bbs. Blower yang tekanan tinggi ditandai dengan sirip berbentuk sudu, blower ini digerakan oleh sebuah engine diesel 7,2 ps melalui transmisi pully-v-belt. Tekanan udara didalamplenum diperlukan agar udara pengering dapat mengalir keatas menembus tumpukan gabah dengan kecepatan < 6,5 m/ menit, maka upaya yang dilakukan yaitu mengganti pully pada engine dengan pully pada engine dengan pully yang garis tengahnya lebih besar=pully pada blower.
Kinerja
Tungku sekam model ABC dirancang sebagai tungku dengan pemanasan udara pengering secara tidak langsung (indirec heating) tungku bekerja secara alami menggunakan prinsip kerja dampak dari cerobong asap (chimney effect). Kinerja blower tidak ada hubungannya dengan kinerja tungku. Pada saat tungku dinyalakan blower harus dalam posisi bekerja.
Bak pengeringan terdiri dari dua bagian yang sama tingginya, ruang bagian bawah disebut plenum, dan bagian atas disebut ruang pengering. Plenum berfungsi untuk menampung udara pengering (udara panas) dengan tekanan tinggi sehingga udara panas didistribusikan ke gabah didalam ruang pengering harus sama. Hal ini menjadi tidak sama apabila gabahnya kotor atau titik-titik tertentu diijak-injak sehingga padat.
Hasil uji coba pengering gabah menunjukan proses pengeringan berjalan dengan baik.laju pengeringan rata-rata 0,64%/ jam. Proses pengeringan berlangsung dengan suhu rata-rata 42,75C dan kecepatan aliran udara pengerng menembus tumpukan gabah, vu=6,5m/menit. Dari hasil analisa biaya pengeringan dengan bahan bakar sekam sebesar rp. 40,-/kg GKP, biaya ini lebih rendah apabila dibandingkan dengan pengering yang menggunakan bahan bakar minyak tanah (rp.150/kg GKp).
Selain untuk pengering gabah padi pengering box dryer BBS ini bisa juga digunakan untuk mengeringkan komoditas pertanian lainnya seperti jagung( dalam bentuk pipilan), kedelai, kopi,cengkeh dan sebagainnya.