Keluarga PERMATETA FTP UGM 2011

Tentara pangan Indonesia .

Keluarga Departemen Pengabdian Masyarakat PERMATETA UGM

Foto Bersama dengan Masyarakat Desa Percontohan untuk Belajar Pembuatan MOCAF.

Keripik Jamur Merapi "KRPPI"

Cocok buat Oleh-oleh dan Lauk atau dll, Pemesanan dan info Hub 085643972161.

Postingan Terbaru

Cara Mengatasi Hama Lalat pada Sapi.

Pertanian Indonesia Kini dan Nanti

Mewujudkan Kedaulatan Pangan Indonesia Berbasis Teknologi Pertanian.

Kamis, 24 Mei 2012

biofuel

BIOFUEL DARI BAHAN DISEKITAR KITA

   
sumber gambar : http://donatoacademy.com/blog/2010/10/ammonia-free-colour-donato/

BOIFUEL- Merupakan bahan bakar (BBM) alternatif  atau setiap bahan bakar baik padatan, cairan ataupun gas yang dihasilkan dari bahan-bahan organik. Biofuel berasala dari berbagai bahan, saya katakan berbagai bahan karena memang dapat dibuat dari bahan bahan bekas di sekitar kita.seperti pisang, batang jagung, jerami, alga, lumut, nyamplung,dll

Berikut ini pencarian saya mengenai berbagai sumber BIOFUEL

BIOFUEL DARI NYAMPLUNG

Pengertian dari nyamplung, yaitu adalah tumbuhan pantai yang bertajuk rapat, berbatang kuat, dan berumur sampai ratusan tahun.

Yang paling menarik dari tumbuhan nyamplung, biji nyamplung berpotensi diolah menjadi biofuel, dengan rendeman cukup tinggi. Dari satu kilogram biji nyamplung, bisa dihasilkan 0,4 liter biofuel.

Apabila Anda dari Magelang menuju Yogyakarta, setelah lewat kota Muntilan, akan tampak deretan pohon nyamplung (Calophyllum inophyllum L) sebagai peneduh di kiri kanan jalan. Nyamplung adalah tumbuhan pantai. Di sepanjang pantai di Taman Nasional Ujung Kulon, banyak dijumpai pohon nyamplung yang sudah berumur ratusan tahun, dengan diameter batang dua sampai tiga pelukan orang dewasa. Batang nyamplung raksasa ini tumbuh menjorok ke pantai, berselangseling dengan ketapang (Terminalia catappa L), keben (Barringtonia asiatica), Bintaro (Cerbera manghas), pandan laut (Pandanus tectorius), dan tumbuhan pantai lainnya.

Pohon nyamplung berkayu keras, kuat juga awet. Pohon-pohon nyamplung yang tumbang digerus ombak, selama bertahun-tahun tetap utuh, meskipun kulitnya sudah mengelupas. Daun nyamplung berbentuk jorong, panjang 10 cm, lebar 7 cm, berwarna hijau gelap, dengan tulang daun utama serta tepi daun berwarna putih kekuningan. Permukaan daun nyamplung licin dan mengkilap. Letak daun berselang-seling pada ranting. Bunga nyamplung tumbuh pada ujung ranting berupa malai, berisi belasan tangkai bunga. Masing-masing bunga berkelopak enam, berwarna putih, dengan diameter sekitar 3 cm. Lebih dari 100 benang sari tumbuh di tengah mahkota bunga, dengan kepala sari berwarna jingga. Tangkai putih berada di tengah-tengahnya, dengan kepala putik juga berwarna jingga.
Buah nyamplung berbentuk bundar sempurna, berdiameter 2 sd. 4 cm. Kulit buah berwarna hijau terang. Kulit buah sangat tipis, dan melekat erat pada tempurung biji. Di dalam tempurung yang keras inilah terdapat biji nyamplung yang mengandung minyak nabati, protein, serta zat tanin. Sebagaimana umumnya tumbuhan pantai, biji nyamplung akan terapung-apung di air laut, lalu terdampar di lokasi yang jauh dari induknya. Inilah cara tumbuhan pantai memencarkan lokasi tumbuh mereka. Hal yang sama juga terjadi pada tumbuhan pantai lainnya, mulai dari keben, bintaro, ketapang, pandan laut, dan kelapa. Bedanya, buah lima tumbuhan ini masih dilengkapi dengan sbut untuk mengapungkan biji

Pembuatan biofuel dari nyamplung (step ini tidak begitu detail)

Buah nyamplung perlu dijemur sampai kering, sebelum dipecah tempurungnya, untuk diambil daging bijinya. proses pembuatan biodiesel dari buah nyamplung dimulai dengan memecah buah nyamplung dengan alat pemecah, mengekstraksi minyak dari kernel nyamplung dengan memakai alat press ulir, melakukan filtrasi minyak nyamplung kasar dan memprosesnya menjadi biodiesel melalui proses transesterifikasi. Tempurung buah nyamplung bisa digunakan sebagai bahan bakar, baik dengan cara dibakar langsung, atau dijadikan briket arang. Pengambilan minyak, dilakukan dengan mengepres biji nyamplung setelah dijemur sampai kering. Minyak biji nyamplung tidak lazim dikonsumsi sebagai minyak goreng, karena banyak kandungan saponinnya. Sama dengan biji bintaro, biji nyamplung juga beracun, hingga tidak pernah dimakan oleh monyet sekalipun. Beda dengan biji ketapang yang rasanya gurih, hingga disebut sebagai Indian almond, Bengal almond, Singapore almond, Malabar almond, Tropical almond, dan Sea almond.

sumber : http://foragri.wordpress.com/2012/04/16/agroindustri-biofuel-dari-nyamplung/ 

dan  http://www.ristek.go.id/index.php/module/News+News/id/9293

Kelebihan biofuel dari nyamplung


Biodiesel dari biji nyamplung terbukti lebih irit dari solar. Asap yang dibuang dari biodiesel ini lebih putih dan tidak mengandung belerang, kendaraan lebih enteng ketika digas dan lebih halus suaranya.

Situs detik.com melansir hasil pengujian biodiesel nyamplung oleh Badan Litbang Kehutanan menghasilkan sejumlah kesimpulan antara lain kelayakan atas kinerja permesinan. Biodiesel nyamplung dapat digunakan untuk kendaraan bermotor (otomotif) sebesar 100%, tanpa campuran solar (B 100).

Dari sisi lingkungan, biodiesel nyamplung bebas dari polutan (green solar). Seluruh parameter kualitas telah sesuai dengan kualifikasi biodiesel menurut SNI 04- 7182-2006 dengan rendemen konversi asam lemak bebas (FFA) menjadi metil ester 97,8%.

Sementara dari sisi investasi, biodiesel nyamplung mencapai BEP (break event point) pada skala biodiesel 70 ton dan gliserol kotor 14 ton, dengan IRR = 31 %, masa pengembalian modal 6 tahun, NPV = Rp 326,7 juta, B/C ratio = 2,4. Pada kondisi BEP tersebut, diperlukan biji nyamplung 555 ton setara 11.100 batang pohon nyamplung atau setara areal 28 ha dengan produktivitas biji 50 kg/pohon/tahun. (1 daur budi daya nyamplung = 50 tahun, mulai berbuah umur 7 tahun).

Biodiesel nyamplung juga dapat digunakan sebagai campuran solar dengan komposisi tertentu. Bahkan jika teknologi pengolahannya tepat, dapat digunakan sebagai biokerosen pengganti minyak tanah.
sumber : http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2012/03/12/179983/Biodiesel-Nyamplung-Lebih-Unggul-dari-Solar-