Bisnis Tanaman Hias Masih Menjanjikan
Bekasi, Warta Kota
Bisnis tanaman hias di Kota Bekasi diminati konsumen dari kalangan perumahan, menyusul minimnya lahan penghijauan di kawasan tersebut. Somad (51), pengusaha tanaman hias di Mustikasari, di Bekasi, mengatakan sebagian besar perumahan di Kota Bekasi minim lahan terbuka hijau.
"Jadi tanaman hias menambah kenyamanan di lingkungan perumahan. Banyak penduduk yang membeli tanaman hias untuk pekarangan yang gersang. Peluang bisnis tanaman hias itu langsung saya tangkap," kata Somad.
Pemilik usaha tanaman hias bernama Nina Flowers ini mengaku pendapatan yang diterima dari hasil penjualan tanaman hias per hari rata-rata berkisar Rp 500.000 sampai Rp 1,5 juta.
"Meski usaha saya termasuk kategori produksi perumahan namun tiap akhir pekan, hari libur, dan tanggal muda, omzet bisa mencapai Rp 2 juta per hari," katanya.
Somad menjual tanaman hias kelas menengah seperti Anthorium Jermani, Adenium, dan Aglaonema. Harga tanaman jenis ini berkisar antara Rp 4 juta sampai Rp 8 juta.
Hal senada juga diungkapkan Bayu Santoso, mahasiswa jurusan pertanian Universitas Islam ’45 (Unisma) Bekasi. Menurut Bayu, setiap hari ada paling tidak 10 orang yang datang membeli tanaman hias di rumah kaca kampus itu.
"Bisnis semacam ini memiliki prospek yg cerah karena sebagian besar wilayah di Kota Bekasi memang minim lahan hijau," katanya.
Bayu bersama tiga rekan seprofesinya tengah mengembangkan tanaman hias jenis Terrarium atau bunga yang ditanam di dalam botol dan diberikan hiasan. "Visual tanaman tersebut jauh lebih unik dan dapat menambah nilai jual. Hanya dengan modal Rp 100 ribu, saya bisa menjual sampai pada harga jutaan rupiah," katanya.
Semakin banyak kawasan perumahan dibangun, persaingan bisnis tanaman pun makin ketat. "Biasanya pada musim tanaman hias puluhan pedagang tanaman hias di Bekasi, akan mengikuti pameran di Jalan Baru, Duren Jaya.Ajang pameran itu merupakan salah satu tempat untuk memasarkan dan mempromosikan aneka tanaman hias kepada masyarakat," katanya.
Secara terpisah, Kepala Dinas Tata Ruang dan Permukiman (Distarkim) Kota Bekasi, Makbullah ,membenarkan minimnya lahan terbuka hijau di wilayah tersebut. "Lahan belum dibangun di Kota Bekasi tinggal 30 persen atau hanya tersisa 6.000 hektare dari luas keseluruhan wilayah Kota Bekasi 21.409 hektare," katanya.
Lahan kosong belum dibangun tersebar di empat Batas Wilayah Kota (BWK). BWK I, Kecamatan Bekasi Barat, Bekasi Selatan, Bekasi Timur, dan Bekasi Utara. BWK II, Kecamatan Bantar Gebang, Rawa Lumbu, dan Mustika Jaya.
"BWK III, berada di Kecamatan Pondok Gede, dan Pondok Melati. Adapun BWK IV, di Kecamatan Jati Asih, dan Jati Sampurna. Mayoritas lahan belum dibangun itu milik perorangan," kata Makbullah.
Karena milik pribadi, pihaknya tidak bisa menahan jika lahan itu didirikan bangunan. Target lahan terbuka hijau seluas 30 persen dari keseluruhan luas wilayah sulit dipenuhi. "Hanya ada 14 persen atau 2.900 hektar ruang terbuka hijau di Kota Bekasi," katanya. (Ant/tig)
Bisnis tanaman hias di Kota Bekasi diminati konsumen dari kalangan perumahan, menyusul minimnya lahan penghijauan di kawasan tersebut. Somad (51), pengusaha tanaman hias di Mustikasari, di Bekasi, mengatakan sebagian besar perumahan di Kota Bekasi minim lahan terbuka hijau.
"Jadi tanaman hias menambah kenyamanan di lingkungan perumahan. Banyak penduduk yang membeli tanaman hias untuk pekarangan yang gersang. Peluang bisnis tanaman hias itu langsung saya tangkap," kata Somad.
Pemilik usaha tanaman hias bernama Nina Flowers ini mengaku pendapatan yang diterima dari hasil penjualan tanaman hias per hari rata-rata berkisar Rp 500.000 sampai Rp 1,5 juta.
"Meski usaha saya termasuk kategori produksi perumahan namun tiap akhir pekan, hari libur, dan tanggal muda, omzet bisa mencapai Rp 2 juta per hari," katanya.
Somad menjual tanaman hias kelas menengah seperti Anthorium Jermani, Adenium, dan Aglaonema. Harga tanaman jenis ini berkisar antara Rp 4 juta sampai Rp 8 juta.
Hal senada juga diungkapkan Bayu Santoso, mahasiswa jurusan pertanian Universitas Islam ’45 (Unisma) Bekasi. Menurut Bayu, setiap hari ada paling tidak 10 orang yang datang membeli tanaman hias di rumah kaca kampus itu.
"Bisnis semacam ini memiliki prospek yg cerah karena sebagian besar wilayah di Kota Bekasi memang minim lahan hijau," katanya.
Bayu bersama tiga rekan seprofesinya tengah mengembangkan tanaman hias jenis Terrarium atau bunga yang ditanam di dalam botol dan diberikan hiasan. "Visual tanaman tersebut jauh lebih unik dan dapat menambah nilai jual. Hanya dengan modal Rp 100 ribu, saya bisa menjual sampai pada harga jutaan rupiah," katanya.
Semakin banyak kawasan perumahan dibangun, persaingan bisnis tanaman pun makin ketat. "Biasanya pada musim tanaman hias puluhan pedagang tanaman hias di Bekasi, akan mengikuti pameran di Jalan Baru, Duren Jaya.Ajang pameran itu merupakan salah satu tempat untuk memasarkan dan mempromosikan aneka tanaman hias kepada masyarakat," katanya.
Secara terpisah, Kepala Dinas Tata Ruang dan Permukiman (Distarkim) Kota Bekasi, Makbullah ,membenarkan minimnya lahan terbuka hijau di wilayah tersebut. "Lahan belum dibangun di Kota Bekasi tinggal 30 persen atau hanya tersisa 6.000 hektare dari luas keseluruhan wilayah Kota Bekasi 21.409 hektare," katanya.
Lahan kosong belum dibangun tersebar di empat Batas Wilayah Kota (BWK). BWK I, Kecamatan Bekasi Barat, Bekasi Selatan, Bekasi Timur, dan Bekasi Utara. BWK II, Kecamatan Bantar Gebang, Rawa Lumbu, dan Mustika Jaya.
"BWK III, berada di Kecamatan Pondok Gede, dan Pondok Melati. Adapun BWK IV, di Kecamatan Jati Asih, dan Jati Sampurna. Mayoritas lahan belum dibangun itu milik perorangan," kata Makbullah.
Karena milik pribadi, pihaknya tidak bisa menahan jika lahan itu didirikan bangunan. Target lahan terbuka hijau seluas 30 persen dari keseluruhan luas wilayah sulit dipenuhi. "Hanya ada 14 persen atau 2.900 hektar ruang terbuka hijau di Kota Bekasi," katanya. (Ant/tig)
0 komentar:
Posting Komentar