BIOFUEL DARI BAHAN DISEKITAR KITA
sumber gambar : http://donatoacademy.com/blog/2010/10/ammonia-free-colour-donato/
BOIFUEL- Merupakan bahan bakar (BBM) alternatif atau setiap bahan bakar baik padatan, cairan ataupun gas yang dihasilkan dari bahan-bahan organik. Biofuel berasala dari berbagai bahan, saya katakan berbagai bahan karena memang dapat dibuat dari bahan bahan bekas di sekitar kita.seperti pisang, batang jagung, jerami, alga, lumut, nyamplung,dll
Berikut ini pencarian saya mengenai berbagai sumber BIOFUEL
BIOFUEL
DARI NYAMPLUNG
Pengertian dari nyamplung, yaitu adalah
tumbuhan pantai yang bertajuk rapat, berbatang kuat, dan berumur sampai ratusan
tahun.
Yang paling menarik dari tumbuhan nyamplung, biji nyamplung berpotensi diolah menjadi
biofuel, dengan rendeman cukup tinggi. Dari satu kilogram biji nyamplung, bisa
dihasilkan 0,4 liter biofuel.
Apabila Anda dari Magelang menuju Yogyakarta, setelah lewat kota Muntilan,
akan tampak deretan pohon nyamplung (Calophyllum inophyllum L) sebagai peneduh
di kiri kanan jalan. Nyamplung adalah tumbuhan pantai. Di sepanjang pantai di
Taman Nasional Ujung Kulon, banyak dijumpai pohon nyamplung yang sudah berumur
ratusan tahun, dengan diameter batang dua sampai tiga pelukan orang dewasa.
Batang nyamplung raksasa ini tumbuh menjorok ke pantai, berselangseling dengan
ketapang (Terminalia catappa L), keben (Barringtonia asiatica), Bintaro
(Cerbera manghas), pandan laut (Pandanus tectorius), dan tumbuhan pantai
lainnya.
Pohon nyamplung berkayu keras, kuat juga awet. Pohon-pohon nyamplung yang
tumbang digerus ombak, selama bertahun-tahun tetap utuh, meskipun kulitnya
sudah mengelupas. Daun nyamplung berbentuk jorong, panjang 10 cm, lebar 7 cm,
berwarna hijau gelap, dengan tulang daun utama serta tepi daun berwarna putih
kekuningan. Permukaan daun nyamplung licin dan mengkilap. Letak daun
berselang-seling pada ranting. Bunga nyamplung tumbuh pada ujung ranting berupa
malai, berisi belasan tangkai bunga. Masing-masing bunga berkelopak enam,
berwarna putih, dengan diameter sekitar 3 cm. Lebih dari 100 benang sari tumbuh
di tengah mahkota bunga, dengan kepala sari berwarna jingga. Tangkai putih
berada di tengah-tengahnya, dengan kepala putik juga berwarna jingga.
Buah nyamplung berbentuk bundar sempurna, berdiameter
2 sd. 4 cm. Kulit buah berwarna hijau terang. Kulit buah sangat tipis, dan
melekat erat pada tempurung biji. Di dalam tempurung yang keras inilah terdapat
biji nyamplung yang mengandung minyak nabati, protein, serta zat tanin. Sebagaimana
umumnya tumbuhan pantai, biji nyamplung akan terapung-apung di air laut, lalu
terdampar di lokasi yang jauh dari induknya. Inilah cara tumbuhan pantai
memencarkan lokasi tumbuh mereka. Hal yang sama juga terjadi pada tumbuhan
pantai lainnya, mulai dari keben, bintaro, ketapang, pandan laut, dan kelapa.
Bedanya, buah lima tumbuhan ini masih dilengkapi dengan sbut untuk mengapungkan
biji
Pembuatan biofuel dari nyamplung (step ini tidak begitu detail)
Buah nyamplung perlu dijemur sampai kering, sebelum dipecah tempurungnya,
untuk diambil daging bijinya. proses pembuatan biodiesel dari buah nyamplung dimulai dengan memecah
buah nyamplung dengan alat pemecah, mengekstraksi minyak dari kernel
nyamplung dengan memakai alat press ulir, melakukan filtrasi minyak
nyamplung kasar dan memprosesnya menjadi biodiesel melalui proses
transesterifikasi. Tempurung buah nyamplung bisa digunakan sebagai
bahan bakar, baik dengan cara dibakar langsung, atau dijadikan briket arang.
Pengambilan minyak, dilakukan dengan mengepres biji nyamplung setelah dijemur
sampai kering. Minyak biji nyamplung tidak lazim dikonsumsi sebagai minyak
goreng, karena banyak kandungan saponinnya. Sama dengan biji bintaro, biji
nyamplung juga beracun, hingga tidak pernah dimakan oleh monyet sekalipun. Beda
dengan biji ketapang yang rasanya gurih, hingga disebut sebagai Indian almond,
Bengal almond, Singapore almond, Malabar almond, Tropical almond, dan Sea
almond.
sumber : http://foragri.wordpress.com/2012/04/16/agroindustri-biofuel-dari-nyamplung/
dan http://www.ristek.go.id/index.php/module/News+News/id/9293
Kelebihan biofuel dari nyamplung
Biodiesel dari biji nyamplung terbukti lebih irit dari solar. Asap yang
dibuang dari biodiesel ini lebih putih dan tidak mengandung belerang,
kendaraan lebih enteng ketika digas dan lebih halus suaranya.
Situs detik.com melansir hasil pengujian biodiesel nyamplung oleh Badan Litbang Kehutanan menghasilkan sejumlah kesimpulan antara lain kelayakan atas kinerja permesinan. Biodiesel nyamplung dapat digunakan untuk kendaraan bermotor (otomotif) sebesar 100%, tanpa campuran solar (B 100).
Dari sisi lingkungan, biodiesel nyamplung bebas dari polutan (green solar). Seluruh parameter kualitas telah sesuai dengan kualifikasi biodiesel menurut SNI 04- 7182-2006 dengan rendemen konversi asam lemak bebas (FFA) menjadi metil ester 97,8%.
Sementara dari sisi investasi, biodiesel nyamplung mencapai BEP (break event point) pada skala biodiesel 70 ton dan gliserol kotor 14 ton, dengan IRR = 31 %, masa pengembalian modal 6 tahun, NPV = Rp 326,7 juta, B/C ratio = 2,4. Pada kondisi BEP tersebut, diperlukan biji nyamplung 555 ton setara 11.100 batang pohon nyamplung atau setara areal 28 ha dengan produktivitas biji 50 kg/pohon/tahun. (1 daur budi daya nyamplung = 50 tahun, mulai berbuah umur 7 tahun).
Biodiesel nyamplung juga dapat digunakan sebagai campuran solar dengan komposisi tertentu. Bahkan jika teknologi pengolahannya tepat, dapat digunakan sebagai biokerosen pengganti minyak tanah.
Situs detik.com melansir hasil pengujian biodiesel nyamplung oleh Badan Litbang Kehutanan menghasilkan sejumlah kesimpulan antara lain kelayakan atas kinerja permesinan. Biodiesel nyamplung dapat digunakan untuk kendaraan bermotor (otomotif) sebesar 100%, tanpa campuran solar (B 100).
Dari sisi lingkungan, biodiesel nyamplung bebas dari polutan (green solar). Seluruh parameter kualitas telah sesuai dengan kualifikasi biodiesel menurut SNI 04- 7182-2006 dengan rendemen konversi asam lemak bebas (FFA) menjadi metil ester 97,8%.
Sementara dari sisi investasi, biodiesel nyamplung mencapai BEP (break event point) pada skala biodiesel 70 ton dan gliserol kotor 14 ton, dengan IRR = 31 %, masa pengembalian modal 6 tahun, NPV = Rp 326,7 juta, B/C ratio = 2,4. Pada kondisi BEP tersebut, diperlukan biji nyamplung 555 ton setara 11.100 batang pohon nyamplung atau setara areal 28 ha dengan produktivitas biji 50 kg/pohon/tahun. (1 daur budi daya nyamplung = 50 tahun, mulai berbuah umur 7 tahun).
Biodiesel nyamplung juga dapat digunakan sebagai campuran solar dengan komposisi tertentu. Bahkan jika teknologi pengolahannya tepat, dapat digunakan sebagai biokerosen pengganti minyak tanah.
sumber : http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2012/03/12/179983/Biodiesel-Nyamplung-Lebih-Unggul-dari-Solar-